Moment Bertemu SBY, Mega dan JK Pasca Pilpres

Hari Ini Bersama JK, Hadiri Peringatan Pidato Bung Karno
Kerja keras Ketua MPR Taufik Kiemas untuk memperingati pidato Bung Karno 1 Juni di gedung parlemen hari ini bakal memengaruhi dinamika politik nasional. Sebab, dalam peringatan tersebut, akan hadir para elite politik yang selama ini berseberangan.

Selain Presiden SBY yang sudah dipastikan hadir, akan bergabung Ketua Umum PDIP Megawati dan mantan Wapres Jusuf Kalla. ''Ibu (Megawati, Red) hadir di MPR bersama Pak Hamzah Haz dan Pak Jusuf Kalla,'' kata Ketua DPP PDIP Bambang Wuryanto di Jakarta kemarin (31/5).

Bila tidak ada perubahan, peringatan pidato yang kali pertama membeberkan rumusan Pancasila itu akan menjadi momentum bertemunya SBY, Mega, dan JK pasca pilpres. Saat pilpres lalu, ketiganya berkumpul bersama dalam sesi pengundian nomor urut pasangan capres/cawapres dan debat capres yang difasilitasi komisi pemilihan umum (KPU). Setelah menang, SBY tak pernah bertemu Mega di depan publik.
Bambang Pacul -panggilan akrab Bambang Wuryanto- menyampaikan bahwa di DPP PDIP, Jalan Lenteng Agung, juga diselenggarakan peringatan 1 Juni. ''Mbak Ning (Ketua DPP PDIP Bidang Kesehatan dan Tenaga Kerja Ribka Tjiptaning, Red) yang akan membacakan amanat Megawati Soekarnoputri sebagai inspektur upacara,'' ujar Bambang.

Sekjen DPP PDIP Tjahjo Kumolo menambahkan, upacara 1 Juni di halaman Kantor DPP PDIP itu diselenggarakan oleh DPD PDIP DKI Jakarta. Dalam kesempatan tersebut, sekaligus akan diresmikan poliklinik PDIP. Sementara itu, semua anggota Fraksi PDIP di MPR akan berkonsentrasi di gedung parlemen. ''Yang nasional kan di gedung MPR, ada presiden,'' ujar Tjahjo yang juga menjabat ketua Fraksi PDIP di DPR.

Terpisah, pengamat politik dari Sugeng Sarjadi Syndicate (SSS) Sukardi Rinakit mengatakan, bila tiga tokoh nasional, yakni SBY, Megawati, dan Jusuf Kalla, benar-benar hadir pada peringatan 1 Juni, itu sebenarnya ekspresi dari rekonsiliasi informal. ''Ini titik awal rekonsiliasi, terutama antara SBY dan Megawati. Itu yang paling penting,'' katanya.

Sukardi menilai, secara filosofis, para tokoh bangsa tersebut, tampaknya, telah mencapai kesadaran bersama bahwa kehidupan berbangsa dan bernegara cenderung berorientasi kebendaan dan pasar bebas. Karena itu, aspek ideologis penting bagi kesatuan bangsa dan inspirasi optimisme ke depan.

''Ini juga menjadi simbol bahwa dasarnya Indonesia itu multikultur. Menegaskan tidak ada tempat bagi sektarianisme,'' ujarnya.

Pertemuan pada acara peringatan 1 Juni tentunya juga membawa implikasi politik. Hadirnya Megawati, tegas Sukardi, akan menjadi simbol bahwa pemerintahan SBY akan aman sampai 2014. Tidak akan ada gangguan yang bisa memicu memanasnya kembali situasi politik nasional.

''Rekonsiliasi ini akan membawa kesejukan politik,'' kata Sukardi dengan nada optimistis. Bagi internal PDIP, lanjut dia, peringatan 1 Juni merupakan pengakuan penting. Sebab, partai berlambang banteng moncong putih itu menjadikan Pancasila 1 Juni sebagai ideologi partai.

''Bagi PDIP, peringatan ini membuat semangat kader semakin bergelora. Sementara itu, SBY mendapatkan 'jaminan aman' sampai 2014,'' katanya.

Keseriusan pemerintah dan pimpinan MPR, terutama Ketua MPR Taufik Kiemas yang berlatar belakang PDIP, untuk mengemas acara tersebut tampak sejak 20 Mei lalu. Saat itu, Presiden SBY sampai mengutus dua orang penting di kabinetnya untuk menemui Taufik Kiemas di gedung MPR.

Keduanya adalah Menko Polhukam Djoko Suyanto dan Mensesneg Sudi Silalahi. Mereka membawa pesan kesediaan Presiden SBY untuk menghadiri acara peringatan tersebut. Djoko juga menyampaikan harapan SBY agar peringatan pidato Bung Karno pada 1 Juni bisa diselenggarakan secara khidmat dan harus pas dengan roh 1 Juni.

Sukardi juga menyatakan bisa memahami kegelisahan A.M. Fatwa yang menolak peringatan 1 Juni. Menurut dia, para senior itu tumbuh pada suatu masa dengan karakter konflik ideologi yang begitu keras. Padahal, generasi baru secara umum tidak terlalu memandang penting ideologi. ''Realitasnya, mereka dihadapkan pada pertempuran korporasi-korporasi besar,'' kata Sukardi.

Sumber :

0 komentar: