Korea Selatan Adakan Latihan Perang Besar
Di tengah keraguan, baik dari dalam negeri maupun dunia internasional- terkait dengan keterlibatan Korea Utara dalam tenggelamnya kapal patroli Cheonan, Korea Selatan kemarin (31/5) mengadakan latihan perang di perairan dekat perbatasan. Langkah tersebut diprediksi bakal menyulut emosi Pyongyang.
Keraguan di dalam negeri Korea Selatan (Korsel) diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri Yu Myung-hwan. ''Ada sebagian masyarakat yang menyebarkan isu bahwa tuduhan terhadap Korea Utara (Korut) itu tidak berdasar sehingga memunculkan keraguan atas hasil investigasi. Saya merasa sedih dan kecewa,'' ujarnya seperti dimuat Agence France-Presse.
Penyelidikan oleh tim dari berbagai negara pada 20 Mei menyatakan bahwa kapal selam Korut menembakkan sebuah torpedo ke kapal patroli Cheonan milik Korsel. Serangan pada 26 Maret itu mengakibatkan kapal terbelah dan tenggelam. Sebanyak 46 orang tewas dalam insiden tersebut.
Korut dengan tegas membantah tuduhan itu. Mereka juga mengancam akan membalas semua manuver perang Korsel. Saling ancam tersebut langsung meningkatkan ketegangan di Semenanjung Korea. Keraguan di dalam negeri Korea Selatan (Korsel) diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri Yu Myung-hwan. ''Ada sebagian masyarakat yang menyebarkan isu bahwa tuduhan terhadap Korea Utara (Korut) itu tidak berdasar sehingga memunculkan keraguan atas hasil investigasi. Saya merasa sedih dan kecewa,'' ujarnya seperti dimuat Agence France-Presse.
Penyelidikan oleh tim dari berbagai negara pada 20 Mei menyatakan bahwa kapal selam Korut menembakkan sebuah torpedo ke kapal patroli Cheonan milik Korsel. Serangan pada 26 Maret itu mengakibatkan kapal terbelah dan tenggelam. Sebanyak 46 orang tewas dalam insiden tersebut.
Di latihan perang Korsel, ribuan personel militer dilibatkan dalam sebuah simulasi penangkalan sebuah penyerangan oleh Korut. Otoritas setempat menyatakan bahwa latihan tersebut sudah dijadwalkan sebelum ketegangan antar-Korea itu meningkat.
Latihan tersebut melibatkan sekitar 50 tank dan kendaraan lapis baja. Mereka menyeberangi jembatan apung menuju perairan Laut Kuning dengan didukung puluhan helikopter serbu serta persenjataan artileri.
Sejumlah negara memang mengutuk Korut sehubungan dengan serangan terhadap kapal Cheonan di Laut Kuning. Serangan itu bahkan disebut-sebut sebagai yang terparah sejak berakhirnya Perang Korea 1950-1953.
Meski demikian, upaya Korsel untuk mengajukan kasus tersebut ke Dewan Keamanan PBB masih menemui jalan buntu. Korsel membutuhkan dukungan dari Tiongkok dan Rusia sebagai anggota tetap DK PBB sekaligus pemegang hak veto.
Perdana Menteri Tiongkok Wen Jiabao masih menolak desakan Korsel untuk mendukung pengajuan penjatuhan sanksi PBB terhadap Korut. Saat pertemuan tiga negara dengan Jepang dan Korsel akhir pekan lalu, Wen tidak menyatakan sikap tegasnya atas ajakan Presiden Lee Myung-bak guna mendukung langkah PBB atau mengutuk negara sekutu Beijing itu.
Saat bertemu Perdana Menteri Jepang Yukiko Hatoyama di Tokyo kemarin, Wen kembali diminta mendukung upaya untuk menegur sekutunya, Korut. Tiongkok menyatakan akan mempelajari dahulu hasil investigasi multinasional dalam kasus tenggelamnya Cheonan.
Sementara itu, Rusia juga bakal mengirimkan tim ahli ke Korsel untuk melakukan hal yang sama dengan Tiongkok.
Sumber :
JAWA POS ( http://www.jawapos.co.id )
0 komentar:
Posting Komentar