Spirit Brazil di Piala Dunia 2010

Butuh Trofi, Bukan Materi 

Bonus bisa mendongkrak motivasi pemain yang tampil di even besar. Namun, di Piala Dunia (PD) kali ini, bonus bukanlah prioritas bagi Brazil. Itu ditegaskan pelatih Carlos Dunga dan stafnya kemarin (30/5). Menurut mantan kapten timnas Brazil itu, konsentrasi pemainnya bukan pada besarnya materi yang akan diterima. Tapi, pada trofi juara.
 
Federasi sepak bola Brazil (CBF) pun hingga kini belum menentukan jumlah bonus yang dikucurkan jika Kaka dkk berhasil meraih trofi. Namun, Dunga dan stafnya sama sekali tidak khawatir. Mereka yakin, penggawa Samba -julukan timnas Brazil- lebih mengejar kebanggaan berupa gelar juara daripada materi.

"Pemain datang ke sini (Afsel, Red) bukan untuk uang. Kami sama sekali tidak khawatir," ungkap Jorginho, asisten Dunga, seperti dikutip USA Today. "Anak-anak sudah sangat kecukupan secara finansial. Mereka kaya raya. Kebahagiaan terbesar mereka adalah bermain di PD sehingga tetap akan all-out," tandasnya.
Jorginho benar. Mayoritas pemain Brazil memang menjadi bintang di klubnya dengan gaji yang melimpah. Kaka, misalnya. Di Real Madrid pemain 28 tahun itu mendapat gaji tinggi. Dia juga laris menjadi duta atau bintang iklan produk. Total kekayaannya ditaksir mencapai GBP 16,9 juta atau sekitar Rp 226,87 miliar.

Selain itu, Brazil punya banyak sponsor. Total, sepuluh perusahaan menjadikan Samba sebagai ikon dan sarana promosi. Jumlah itu paling banyak jika dibandingkan dengan tim-tim besar lainnya.

"Kondisi keuangan kami sebenarnya masih sama saja dengan dulu. Hanya, karena perbedaan kesejahteraan, pemain sekarang tidak terlalu memikirkan bonus," terang Juru Bicara CBF Rodrigo Paiva. "Bonus akan diumumkan kepada pemain menjelang PD, itu saja," lanjutnya.

CBF berharap bisa memberikan bonus yang lebih besar dari bonus dua edisi PD sebelumnya. Sebagai perbandingan, ketika menjadi juara edisi 2002 di Korea Selatan dan Jepang, CBF mengucurkan bonus USD 250 ribu (sekitar Rp 2,3 miliar) per pemain. Empat tahun kemudian, meski hanya menembus perempat final, bonus sudah naik jadi USD 300 ribu (setara Rp 2,78 miliar).

Dunga pun senang karena secara finansial pemainnya sudah mapan. Ketika dia masih menjadi pemain, beberapa pekan jelang turnamen timnas masih ribut bernegosiasi dengan CBF untuk menentukan jumlah bonus.

"Saya punya pandangan khusus soal ini (bonus, Red)," ujar Dunga seperti dikutip USA Today. "Semuanya harus disepakati sebelum turnamen. Kalau sudah ada kesepakatan sejak jauh-jauh hari, tidak akan ada masalah selama even berlangsung," lanjutnya.

Dunga tahu betul sulitnya mencapai kesepakatan dengan CBF soal bonus. Dalam PD edisi 1990 di Italia, dia adalah salah seorang pemain yang mengajukan protes terbuka soal besaran uang apresiasi. Salah satu metode yang dilakukan adalah menutup lambang sponsor di kostum timnas dalam foto-foto resmi. Dengan demikian, perusahaan sponsor akan gusar dan ikut menekan CBF. Beberapa pemain lain yang juga memprotes adalah Jorginho dan kiper Claudio Taffarel yang kini menjadi salah seorang penasihat teknis.

"Saat itu kondisinya memang jauh berbeda. Kami adalah tim baru, pengurus CBF juga baru. Keuangan pemain juga tidak sebagus sekarang. Saya senang karena pemain sekarang bisa berfokus pada latihan dan tidak terlalu memikirkan bonus," papar Dunga. 

Sumber :

0 komentar: