SETIDAKNYA, ada tiga paviliun di Shanghai World Expo 2010 yang secara kasatmata paling banyak dikunjungi orang. Yakni, Tiongkok, Jepang, dan Arab Saudi. Antrean di paviliun-paviliun itu selalu mengular panjang. Dari ujung belakang antrean belum tentu bisa masuk paviliun dalam waktu 2-3 jam.
Memang, wajar bila paviliun Tiongkok paling banyak dikunjungi. Mereka tuan rumah. Areal paviliunnya paling luas, yakni 27 ribu meter persegi. Satu unit bangunan merah dengan struktur atap bernama dougong menandai areal milik Tiongkok itu. Dougong adalah arsitektur unik khas Tiongkok kuno. Bentuknya adalah tumpukan kayu berlapis-lapis yang menopang satu sama lain dan membentuk pola melebar ke atas. Berbentuk piramida terbalik. Arsitektur itu beken pada kurun 770 SM-467 SM.
Tapi, saking larisnya, panitia memberikan batasan untuk bisa masuk ke paviliun Tiongkok. Pengunjung hanya bisa masuk kalau sudah mendapatkan tiket warna merah. Tiket itu memang gratis. Tapi, jumlahnya dibatasi. Tiap hari panitia melepas 50 ribu tiket merah khusus paviliun Tiongkok. Tiket itu disebar ke sejumlah tempat oleh para relawan.
Walau sudah memegang tiket merah, untuk masuk ke paviliun pengunjung tetap harus antre 2-3 jam. ''Bila pengunjung tidak dibatasi, kapasitas di dalam tidak cukup menampung pengunjung,'' kata salah seorang panitia paviliun Tiongkok kepada Jawa Pos, sebagaimana diterjemahkan Suzana, pemandu rombongan Petrochina.
Paviliun itu memang memikat. Di dalam paviliun tersebut ada lagi 31 paviliun lebih kecil yang mewakili sejumlah provinsi dan kota di Tiongkok. Setiap paviliun kecil itu menampilkan sajian budaya maupun tempat wisata yang membuat kagum penonton.
Misalnya, paviliun Provinsi Guizhou. Di situ penonton bisa menyaksikan air terjun Huangguoshu secara virtual yang dibuat dengan menggunakan teknik multimedia. Ketika akan memasuki gerbang paviliun Provinsi Saanxi, pengunjung disambut patung robot manusia yang berpakaian menyerupai Kaisar Xuanzong pada dinasti Tang yang hidup pada tahun 618-907. Sebuah video empat dimensi yang menggambarkan objek wisata alam di Ghuizou ketika memasuki lorong sepanjang lima meter bakal melintas di sekitar pengunjung. Seolah-olah pengunjung berwisata langsung di alam Ghuizou.
Paviliun Jepang termasuk yang menjadi favorit pengunjung eksposisi. Negeri Matahari Terbit itu menempati areal enam ribu meter persegi. Bentuk arsitektur semi lingkaran yang atapnya tertelungkup itu menggambarkan sebuah organisme yang bernapas. Sejumlah pengunjung tertarik kepada paviliun Jepang lantaran ingin menyaksikan produk teknologi masa depan. '' Saya ingin melihat robot yang bisa bermain biola,'' kata Li Guanming dari Kunshan, Provinsi Jiangsu, yang datang bersama rombongan.
Dengan tema Keselarasan Hati Manusia dan Teknologi, Jepang memboyong banyak teknologi masa depan. Toyota, misalnya, membawa sejumlah I-real satu penumpang yang sering dipamerkan pada Tokyo Motor Show di Jepang. Kendaraan dua roda itu menggunakan tenaga listrik.
Pada salah satu ruangan, pengunjung juga dapat menyaksikan video yang menggambarkan bagaimana robot bisa membantu kehidupan manusia sehari-hari. Dalam video yang berdurasi kurang dari lima menit itu, sebuah robot mengambilkan minuman di dapur. Seperti halnya dengan paviliun Tiongkok, di paviliun Jepang juga terjadi antrean cukup panjang, meskipun tidak sepanjang paviliun Tiongkok.
Permadani Terbang Berpohon Kurma
Paviliun Arab Saudi juga tak kalah menarik. Bangunannya menggambarkan sebuah permadani terbang. Bangunan itu ditopang pilar setinggi 20 meter. Pada bagian atas bangunan, panitia paviliun Saudi menempatkan 150 pohon kurma (palm fruit). Menggambarkan sebuah oasis di tengah padang pasir.
Paviliun Saudi terdiri atas tiga lantai. Lantai 1 adalah gambaran kemakmuran negara minyak itu dan modernisasi Saudi. Nah, di lantai 2 merupakan 3D IMAX terbesar di dunia. Itu adalah layar mahaluas yang membentang 1.600 meter persegi dan melingkar penuh 360 derajat. Sinema yang ditayangkan di layar raksasa itu membawa penonton ke pemandangan suasana oasis, padang pasir, laut, dan desa-desa di Saudi. Setelah merasa lelah menelusuri lantai 1 dan 2, di lantai 3 pengunjung bisa beristirahat di oase di antara pohon palm.
Shanghai World Expo 2010 melibatkan sekitar 180 negara di dunia. Memasuki hari ke-29 kemarin, pengunjung sudah mencapai sekitar 7 juta orang. Data media center yang berada tak jauh dari pintu masuk gerbang eksposisi menyebutkan bahwa sejak dibuka, setiap hari tercatat 300 ribu pengunjung. Mayoritas pengunjung memang masih didominasi warga Tiongkok yang datang dari berbagai provinsi Negeri Tirai Bambu itu.
Harga tiket area eksposisi bervariasi, bergantung pada hari, jam, dan usia. Pada hari khusus seperti selama tiga hari awal pembukaan, harga tiket 200 yuan (sekitar Rp 270 ribu) per orang. Sedangkan pada hari biasa, tiket dibanderol 160 yuan (sekitar Rp 216 ribu). Tiket untuk anak-anak dengan tinggi kurang dari 1,2 meter dan orang tua yang lahir sebelum Desember 1950 lebih murah. Yakni, 100 yuan (sekitar Rp 135 ribu). Tapi, tiket akan lebih murah lagi bila berkunjung pada pukul 16.00-22.00, yakni 90 yuan (Rp 122 ribu).
Harga tiket itu memang cukup mahal bagi ukuran kantong kelas menengah ke bawah warga Tiongkok. Namun, karena itu merupakan even internasional, harga tiket sebesar itu pun oke saja. ''Wajar bila harga tiket sebesar itu,'' kata Lie Xe, 46, yang datang bersama rombongan dari Hangzhou, sekitar 192 km dari Shanghai, kepada koran ini melalui penerjemah.
Pada hari itu, Lie Xe adalah salah seorang di antara ratusan ribu pengunjung yang menapaki dunia mini di Shanghai. Miniatur bumi dengan ratusan negara yang bersaing secara damai untuk menunjukkan keunggulan negara masing-masing.
Sumber :
JAWA POS ( http://www.jawapos.co.id )
Memang, wajar bila paviliun Tiongkok paling banyak dikunjungi. Mereka tuan rumah. Areal paviliunnya paling luas, yakni 27 ribu meter persegi. Satu unit bangunan merah dengan struktur atap bernama dougong menandai areal milik Tiongkok itu. Dougong adalah arsitektur unik khas Tiongkok kuno. Bentuknya adalah tumpukan kayu berlapis-lapis yang menopang satu sama lain dan membentuk pola melebar ke atas. Berbentuk piramida terbalik. Arsitektur itu beken pada kurun 770 SM-467 SM.
Tapi, saking larisnya, panitia memberikan batasan untuk bisa masuk ke paviliun Tiongkok. Pengunjung hanya bisa masuk kalau sudah mendapatkan tiket warna merah. Tiket itu memang gratis. Tapi, jumlahnya dibatasi. Tiap hari panitia melepas 50 ribu tiket merah khusus paviliun Tiongkok. Tiket itu disebar ke sejumlah tempat oleh para relawan.
Walau sudah memegang tiket merah, untuk masuk ke paviliun pengunjung tetap harus antre 2-3 jam. ''Bila pengunjung tidak dibatasi, kapasitas di dalam tidak cukup menampung pengunjung,'' kata salah seorang panitia paviliun Tiongkok kepada Jawa Pos, sebagaimana diterjemahkan Suzana, pemandu rombongan Petrochina.
Paviliun itu memang memikat. Di dalam paviliun tersebut ada lagi 31 paviliun lebih kecil yang mewakili sejumlah provinsi dan kota di Tiongkok. Setiap paviliun kecil itu menampilkan sajian budaya maupun tempat wisata yang membuat kagum penonton.
Misalnya, paviliun Provinsi Guizhou. Di situ penonton bisa menyaksikan air terjun Huangguoshu secara virtual yang dibuat dengan menggunakan teknik multimedia. Ketika akan memasuki gerbang paviliun Provinsi Saanxi, pengunjung disambut patung robot manusia yang berpakaian menyerupai Kaisar Xuanzong pada dinasti Tang yang hidup pada tahun 618-907. Sebuah video empat dimensi yang menggambarkan objek wisata alam di Ghuizou ketika memasuki lorong sepanjang lima meter bakal melintas di sekitar pengunjung. Seolah-olah pengunjung berwisata langsung di alam Ghuizou.
Paviliun Jepang termasuk yang menjadi favorit pengunjung eksposisi. Negeri Matahari Terbit itu menempati areal enam ribu meter persegi. Bentuk arsitektur semi lingkaran yang atapnya tertelungkup itu menggambarkan sebuah organisme yang bernapas. Sejumlah pengunjung tertarik kepada paviliun Jepang lantaran ingin menyaksikan produk teknologi masa depan. '' Saya ingin melihat robot yang bisa bermain biola,'' kata Li Guanming dari Kunshan, Provinsi Jiangsu, yang datang bersama rombongan.
Dengan tema Keselarasan Hati Manusia dan Teknologi, Jepang memboyong banyak teknologi masa depan. Toyota, misalnya, membawa sejumlah I-real satu penumpang yang sering dipamerkan pada Tokyo Motor Show di Jepang. Kendaraan dua roda itu menggunakan tenaga listrik.
Pada salah satu ruangan, pengunjung juga dapat menyaksikan video yang menggambarkan bagaimana robot bisa membantu kehidupan manusia sehari-hari. Dalam video yang berdurasi kurang dari lima menit itu, sebuah robot mengambilkan minuman di dapur. Seperti halnya dengan paviliun Tiongkok, di paviliun Jepang juga terjadi antrean cukup panjang, meskipun tidak sepanjang paviliun Tiongkok.
Permadani Terbang Berpohon Kurma
Paviliun Arab Saudi juga tak kalah menarik. Bangunannya menggambarkan sebuah permadani terbang. Bangunan itu ditopang pilar setinggi 20 meter. Pada bagian atas bangunan, panitia paviliun Saudi menempatkan 150 pohon kurma (palm fruit). Menggambarkan sebuah oasis di tengah padang pasir.
Paviliun Saudi terdiri atas tiga lantai. Lantai 1 adalah gambaran kemakmuran negara minyak itu dan modernisasi Saudi. Nah, di lantai 2 merupakan 3D IMAX terbesar di dunia. Itu adalah layar mahaluas yang membentang 1.600 meter persegi dan melingkar penuh 360 derajat. Sinema yang ditayangkan di layar raksasa itu membawa penonton ke pemandangan suasana oasis, padang pasir, laut, dan desa-desa di Saudi. Setelah merasa lelah menelusuri lantai 1 dan 2, di lantai 3 pengunjung bisa beristirahat di oase di antara pohon palm.
Shanghai World Expo 2010 melibatkan sekitar 180 negara di dunia. Memasuki hari ke-29 kemarin, pengunjung sudah mencapai sekitar 7 juta orang. Data media center yang berada tak jauh dari pintu masuk gerbang eksposisi menyebutkan bahwa sejak dibuka, setiap hari tercatat 300 ribu pengunjung. Mayoritas pengunjung memang masih didominasi warga Tiongkok yang datang dari berbagai provinsi Negeri Tirai Bambu itu.
Harga tiket area eksposisi bervariasi, bergantung pada hari, jam, dan usia. Pada hari khusus seperti selama tiga hari awal pembukaan, harga tiket 200 yuan (sekitar Rp 270 ribu) per orang. Sedangkan pada hari biasa, tiket dibanderol 160 yuan (sekitar Rp 216 ribu). Tiket untuk anak-anak dengan tinggi kurang dari 1,2 meter dan orang tua yang lahir sebelum Desember 1950 lebih murah. Yakni, 100 yuan (sekitar Rp 135 ribu). Tapi, tiket akan lebih murah lagi bila berkunjung pada pukul 16.00-22.00, yakni 90 yuan (Rp 122 ribu).
Harga tiket itu memang cukup mahal bagi ukuran kantong kelas menengah ke bawah warga Tiongkok. Namun, karena itu merupakan even internasional, harga tiket sebesar itu pun oke saja. ''Wajar bila harga tiket sebesar itu,'' kata Lie Xe, 46, yang datang bersama rombongan dari Hangzhou, sekitar 192 km dari Shanghai, kepada koran ini melalui penerjemah.
Pada hari itu, Lie Xe adalah salah seorang di antara ratusan ribu pengunjung yang menapaki dunia mini di Shanghai. Miniatur bumi dengan ratusan negara yang bersaing secara damai untuk menunjukkan keunggulan negara masing-masing.
Sumber :
JAWA POS ( http://www.jawapos.co.id )
0 komentar:
Posting Komentar