Klub Motor Kecam Larangan Bensin Premium

Konsumsi sepeda motor hanya 27 persen dari total pemakaian premium bersubsidi.


          Rencana pelarangan penggunaan BBM bersubsidi (premium) bagi sepeda motor dinilai klub motor Yahama Vixion Club Indonesia sangat tidak logis. Menurut klub itu, sepeda motor hanya mengonsumsi premium sebesar 5,76 juta kiloliter per tahun, dari total 21 juta kiloliter per tahun.
         “Jelas, pelarangan ini tidak masuk akal," kata Hubungan Masyarakat Pengurus Pusat Dewan Nasional Yamaha Vixion Club Indonesia (YVCI), Dwi Nugroho. "Konsumsi premium bersubsidi sepeda motor hanya 27 persen. Kalau memang penggunaan premium bersubsidi hendak dikurangi, lebih baik mobil pribadi dahulu.”
         Dwi menegaskan, pelarangan penggunaan BBM bersubsidi bagi sepeda motor akan berdampak besar bagi rakyat kecil. Rakyat kecil lebih senang menggunakan motor sebagai salah satu alat transportasi.
        “Secara logika saja, mereka yang mempunyai mobil adalah kalangan ekonomi menengah ke atas. Konsumsi premium untuk mobil pun jauh lebih boros dibanding motor. Lalu kenapa pemilik mobil masih dibolehkan membeli premium bersubsidi?” Ia mempertanyakan.
         Menurut dia langkah yang lebih bijak untuk diambil pemerintah adalah membuat aturan pembatasan penggunaan premium bersubsidi bagi mobil.
         Selain itu, sarana transportasi umum juga harus diperbaiki oleh pemerintah. Sehingga, masyarakat mau menggunakan transportasi umum dan meninggalkan kendaraan pribadi untuk berpergian.
         Pemerintah tengah mengkaji beberapa opsi untuk membatasi pembengkakan konsumsi BBM bersubsidi dari target APBN 2010. Salah satunya adalah ide melarang sepeda motor menggunakan premium.
         Direktur Jenderal Minyak dan Gas Evita Herawati Legowo menjelaskan, opsi ini sebagai cara menekan konsumsi BBM agar tidak melebihi kuota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2010, sebesar  36,5 juta kiloliter.
        Jika tidak dibatasi, konsumsi BBM bisa membengkak menjadi 40,5 juta KL sepanjang 2010 yang berakibat pada meningkatnya defisit APBN.

Sumber :

0 komentar: